[Investasi] Makin Menarik, Investasi ke Barang Mewah

Semoga

KOMPAS.com - Investasi di sektor properti, komoditas, maupun saham sudah dikenal mampu memberikan pemasukan pasif yang menggiurkan. Namun, masih ada cara lain untuk berinvestasi, misalnya dengan memiliki barang-barang mewah atau barang-barang yang lekat dengan kenangan dan kesukaan investor.


Menurut Knight Frank Wealth Report 2014, meningkatnya jumlah kelas menengah di negara-negara Asia membuat permintaan terhadap barang-barang mewah ikut meningkat. Barang-barang mewah dan barang koleksi seperti perhiasan, jam mewah, mobil klasik, koin antik, serta perangko kini menjadi incaran.


Luxury Investment Index, seperti dikutip dari BBC Sabtu (29/11/2014), mencatat permintaan terhadap minuman anggur, mobil klasik, perangko, koin, karya seni, furnitur, perhiasan, dan jam tangan mewah meningkat 38 persen selama lima tahun belakangan. Selama 10 tahun belakangan, peningkatan terhadap barang-barang mewah tersebut meningka 179 persen sejak awal 2004. Sementara, permintaan akan perangko koleksi meningkat hingga 250 persen dalam periode yang sama.


Sumber yang sama juga menyebutkan, investasi barang mewah semacam ini disebut investasi "alternatif" dari investasi konvensional. Dapat dikatakan, investasi tersebut merupakan langkah yang baik untuk mendiversifikasikan portofolio dan memitigasi risiko investasi.


Perencana keuangan independen P&P Invest, Philip Pearson, mengungkapkan, "Dalam dunia yang ideal, portofolio seharusnya diinvestasikan dalam berbagai kelas variasi aset yang tidak saling berhubungan secara langsung. Hal ini mengurangi risiko jumlah jatuhnya nilai investasi modal ketika sebuah aset pengalami penurunan."


Namun, Pearson juga menyadari bahwa sulit memastikan adanya diversifikasi portofolio di kehidupan nyata, apalagi jika seseorang menanamkan modalnya dalam 'kelas' investasi yang sama. "Ini karena pasar finansial umumnya saling tergantung (interdependent) dan saling merespon, dalam nuansa positif maupun negatif, terhadap kejadian tertentu di dunia," imbuhnya,


Penyataan Pearson juga diamini oleh Adi Monappa, Head of Asset Allocation and Portfolio Solutions di Standard Chartered Bank. Dia mengungkapkan, investasi yang berhubungan dengan kesukaan dan emosional, "Bisa memegang peranan penting dalam mengurangi keseluruhan risiko portofolio," katanya.


Namun, perlu juga diperhatikan, bahwa kegiatan investasi yang melibatkan barang-barang berharga atau terikat dengan hubungan emosional umumnya tidak menghasilkan penghasilan tetap. Menurut Monappa, berinvestasi dalam barang-barang berharga membutuhkan pengetahuan khusus karena sulit dijual.


Lantas, barang-barang seperti apa yang bisa menjadi alternatif invetasi?


Data Knight Frank menyebutkan, dalam 10 tahun belakangan ini nilai mobil klasik melambung hingga 456 persen. Namun, peningkatan tersebut tidak dialami oleh semua merek dan model mobil.


Damian Jones, Sales Manager H&H Classics Ltd., perusahaan asal Inggris yang khusus menjual mobik klasik menyatakan bahwa kenaikan harga terjadi pada model-model mobil klasik tertentu, misalnya Ferrari Dino. Sepuluh tahun lalu, Ferarri Dino dibanderol dengan harga sekitar 30.000 sampai 40.000 pounsterling. Kini, mobil-mobil dengan jenis tersebut laku dijual dengan harga 250.000 poundsterling. Berbeda dari Ferarri Dino, Rolls-Royce Phantom II masih dijual dengan harga yang sama sepuluh tahun lalu, antara 40.000 sampai 50.000 poundsterling.


Selain mobil, investor bisa melirik emas. Sayangnya, emas yang performanya cukup menarik satu dekade lalu, dalam dua tahun ini pergerakan harganya tergolong melambat. "Baru-baru ini, emas tidak memberikan untung sebanyak sebelumnya karena kondisi geopolitik yang tidak menentu," ujar head of commodities di Standard Chartered, Paul Horsnell.


Apapun pilihan yang akan diambil untuk berinvestasi, Horsnell menekankan, investor perlu melakukan pertimbangan mendalam sebelumnya. Pasalnya, menyimpan investasi yang berwujud fisik membutuhkan biaya. Selain biaya penyimpanan, biaya perawatan juga sangat diperlukan untuk menjaga keutuhan barang dan nilainya.


"Kita tidak hanya melihat harganya, tapi juga seberapa besar biaya untuk memilikinya, khususnya dalam hal asuransi dan penyimpanan," ujar Horsnell.


Selain melakukan pertimbangan, calon investor juga didorong untuk menyadari bahwa berbeda dari investasi di pasar saham, investasi barang mewah bukan semata untuk mencari keuntungan. Jika ingin cepat kaya, investasi ini jelas tidak cocok. Belum tentu permintaan terhadap mobil mewah, emas, atau barang-barang koleksi selalu ada. Kalaupun ada, harga yang rela dibayarkan juga belum tentu sesuai dengan keinginan pemiliknya.


Sumur


Orang tua udah nyoba inves bawang dari 2013 lalu, Wus, sampai sekarang lancar aja gan, heheehee coba inves yang lain.



Tapi ya gitu gan, dapetnya tergantung musim juga, kalau lagi bagus ya bagus, kalau gak, ya begitu dah.


Comments

Popular posts from this blog

[TRUE STORY] Surabayan Gigolo: Ternyata Si Tante tak Selalu Cari yg Jago di Ranjang

[ PANLOK Idaman ....] Sandra Dewi Tak Heran Ahok Galak dan Suka Marah

Pengakuan Para Gigolo Kelas Atas di Surabaya