[TRUE STORY] Surabayan Gigolo: Ternyata Si Tante tak Selalu Cari yg Jago di Ranjang
Si Tante tak Selalu Cari yang Jago di Ranjang
Minggu, 07 Desember 2014 , 18:52:00
GIGOLO muda memang banyak disukai klien. Tapi, yang berumur ternyata juga masih bisa laris. Di antaranya, Teddy, 35. Memang langganannya kalah banyak jika dibandingkan dengan yang muda, seperti Steven maupun Richard. Tapi, dia menang pengalaman sehingga klien sering mengorder ulang. "Karena sebenarnya tidak hanya seks yang mereka inginkan," paparnya.
Mencari gigolo memang seperti mencari pasangan idaman. Yang diinginkan klien, terutama tante-tante, bukan hanya pria yang jago di tempat tidur. Kadang yang diinginkan adalah perhatian. "Mereka (klien) menginginkan sosok gagah dan ganteng yang mau menurut sekaligus memperhatikan mereka," jelasnya.
Hal itu diamini Richard. "Saya pernah disewa tante, tapi hanya disuruh duduk-duduk di ruang tamu. Hanya dipandangi dan saya balas memandang mereka. Mereka hanya ingin merasa istimewa," katanya.
Maka, teknik-teknik yang mereka pelajari tidak sekadar memperhatikan vitalitas dan trik memuaskan. Tetapi, mereka juga mempelajari pemenuhan hal-hal dasar agar klien merasa dihargai. Menurut Teddy, jumlah pria ganteng dengan profesi seperti mereka semakin banyak di Surabaya. Meski begitu, mereka tidak begitu khawatir. "Sebab, job selalu ada," ujarnya, lalu tertawa
http://ift.tt/1zcyGQX
Pengakuan Para Gigolo Papan Atas Surabaya
Tarif Short Time Rp 500 Ribu, Long Time Rp 2 Juta
Minggu, 07 Desember 2014 , 14:23:00
LAKI-LAKI OKE, PEREMPUAN YES: Dua "kucing" papan atas Surabaya yang membeberkan pengalamannya memuaskan hasrat om-om dan perempuan. FOTO: JAWA POS
RICHARD (nama samaran) yang berprofesi sebagai “kucing” alias gigolo papan atas di Surabaya mengaku bisa banyak menabung dari pekerjaannya memuaskan para om-om dan perempuan. Bermodalkan ketampanan dengan badan proporsional yang dibalut bau parfum kelas A, membuat Richard termasuk gigolo papan atas. Karenanya, tarif untuk bisa memakai jasanya tergolong lumayan.
Menurut pengakuannya, untuk kencan short time, dia menerima Rp 500 ribu bersih. Untuk kencan long time (sepanjang malam), dia mendapat Rp 2 juta. “Dalam sebulan, rata-rata dia bisa memperoleh 16 klien. Rata-rata pendapatannya Rp 25 juta per bulan” kata pria yang pekerjaan sebenarnya sebagai manager wedding organizer (WO).
Namun jumlah pendapatannya bisa lebih banyak lagi. Pendapatannya bertambah bila mendapat tip dari klien yang merasa sangat terpuaskan.
Richard juga mendapat pemasukan dari profesi putihnya sebagai manajer WO. Jika semua dijumlahkan, sebagai lajang dia bisa hidup mewah. Dia mampu menikmati liburan rutin ke luar negeri dan mendapat banyak fasilitas what MONEY can buy. "Tapi, saya tidak begitu menikmati kok. Anggap saja apes. Jadi, telanjur nyemplung sekalian," ucap pria yang berulang tahun tiap 22 September itu.
Richard mengaku emoh lama-lama berkecimpung di dunia itu. Begitu tabungan sudah cukup, dia ingin mentas.
http://ift.tt/1zcyJfC
Pengakuan Para Gigolo Kelas Atas di Surabaya
Lelaki Oke, Perempuan Yes
Minggu, 07 Desember 2014 , 14:09:00
SURABAYA - Ganteng, penuh perhatian, manut sepenuhnya, dan bisa "dibuang" begitu tidak dibutuhkan. Itulah faktor yang membuat, baik perempuan maupun laki-laki, rela membayar mahal gigolo. Mereka menjadi kriteria pasangan ideal para pemburu kesenangan dunia. Jasa para "kucing" (sebutan PSK laki-laki) bukan hanya seks.
Badan tegap dan proporsional. Pakaian rapi dan bau parfum kelas A yang berciri samar tapi bikin penasaran langsung merebak begitu berpapasan. Wajah rupawan mampu membuat lawan bicara tahan berhadapan berjam-jam. Umurnya pun masih perkasa-perkasanya. Baru 25 tahun. Itulah ciri-ciri Richard (nama samaran).
Ketika dijumpai di kawasan Nginden, Richard terlihat cool dengan kemeja tartan, celana jins, dan sneakers. Sedikit highlight di bagian atas rambut menguatkan penampilannya sebagai sosok yang paham fashion.
Saat itu pria yang juga berprofesi sebagai manajer perusahaan wedding organizer (WO) tersebut baru saja diundang jurusan psikologi Universitas 17 Agustus (Untag) untuk menjadi pemateri dalam seminar bertajuk Sextisfaction (Mengungkap Fenomena Gigolo). Karena profesi sampingannya adalah gigolo papan atas Surabaya, Richard bersedia membeberkan pengalamannya, asalkan menggunakan topeng dan nama aslinya tidak disebut.
Perangainya ramah dan menyenangkan. Kesan itu langsung terlihat begitu dia turun dari sebuah city car keluaran 2010. "Yang melirik saya sebenarnya bukan hanya perempuan, tetapi laki-laki juga," ujarnya, lantas tertawa.
Sebagai penjaja cinta, Richard sangat berpengalaman dalam menebar pesona. Dia cukup lama melakoni profesi gelap itu. Mulai SMA, tujuh tahun yang lalu. Dia pun tidak pandang jenis kelamin ketika memilih klien. Motivasinya klasik, yaitu ekonomi. "Uangnya sangat lumayan. Bisa ditabung," ucap pria yang baru saja lulus kuliah itu
http://ift.tt/1G2z9Wm
Pengakuan Para Gigolo Papan Atas Surabaya
Ajukan Syarat Pada Klien Sebelum “Dipakai”
Minggu, 07 Desember 2014 , 15:02:00
MESKI menerima klien tanpa membedakan jenis kelamin, gigolo papan atas Suabaya ini meminta sejumlah persyaratan sebelum setuju menyerahkan dirinya. Richard (nama samaran), selalu meminta untuk menggunakan karet pengaman. Dia juga tidak mau diminta eksplorasi aneh-aneh.
“Saya juga rutin melakukan general checkup,” ucap Richard.
Menurutnya, pengajuan syarat menggunakan karet kepada pelanggannya dan rutin memeriksakan kesehatan bertujuan untuk menjaga kualitasnya. Selain itu cara itu berguna untuk memastikan agar dirinya tak terkena penyakit seks menular (PSM).
Seperti diberitakan sebelumnya, pekerjaan sebagai gigolo alias “kucing” sangat menggiurkan bagi Richard. Bermodalkan ketampanan dengan badan proporsional yang dibalut bau parfum kelas A, membuat Richard termasuk gigolo papan atas di Surabaya.
http://ift.tt/1G3mz9g
------------------------
Wanita bersuami ... masih sehat dan daya vitalitasnya masih tinggi, serta banyak duit ... tetapi kesepian dan jarang diperhatikan sang suami yang banyak di luar rumah dan di luar negeri ... akhirnya mencari penyaluran ke gigolo?
Comments
Post a Comment