Petani Tebu: Kita Mati Kalau Ada Impor Gula 600.000 Ton
Jakarta -Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan memberikan izin impor gula mentah (raw sugar) sebanyak 600.000 ton untuk kebutuhan industri makanan minuman triwulan I-2015. Impor mentah akan diimpor oleh pabrik gula rafinasi, kemudian diolah dan dijual ke konsumen industri seperti pabrik makanan dan minuman.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen marah besar, alasannya saat ini saja gula petani masih banyak yang tak terjual.
"Mau ada impor 600.000 ton, ini macam mana," katanya saat ditemui media di Gedung Utama Kementerian Perdagangan, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Soemitro menegaskan dengan kebijakan ini, otomatis akan mematikan ratusan ribu petani tebu di dalam negeri. Tidak hanya itu, puluhan pabrik gula juga diprediksi akan berhenti beroperasi.
"62 pabrik gula ini akan mati dan karyawannya itu ratusan ribu. Ini membahayakan gula berbasis tebu karena kita akan mati," katanya dengan nada tinggi.
Saat ini menurut Soemitro masih ada sisa alokasi gula yang ada di pabrik gula seluruh Indonesia. Besarnya 400.000 ton dan cukup untuk memenuhi permintaan industri makanan dan minuman di triwulan I-2015.
"Karena dikit-dikit kita impor, gula kita itu nggak jelek-jelek amat," katanya
Ia mengungkapkan harga lelang gula petani dari tahun ke tahun terus anjlok karena merembesnya gula impor. Di 2012 harga tertinggi lelang gula di tingkat petani Rp 12.800/kg.
Nilai itu kemudian turun di tahun 2013 dengan nilai lelang tertinggi hanya Rp 10.000/kg dan terendah Rp 8.100/kg. Di tahun 2014 lebih rendah lagi harga tertinggi lelang hanya Rp 8.600/kg sedangkan terendah Rp 7.500/kg.
"Jangan keluarkan izin impor dulu kalau ini belum beres," tegas Soemitro.
Ia meminta pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan (Kemendag) tidak terlalu mudah membuka keran impor. Keran impor bisa dilakukan secara berkala dengan melihat produktivitas gula nasional yang dihasilkan.
"Beberapa tahun industri makanan minuman meminta 2,8 juta ton (gula raw sugar/rafinasi impor) tetapi kenyataannya di pasar banyak beredar gula rafinasi jadi intinya tidak terserap seluruhnya. Kasih izin 1,8 juta ton dulu kalau kurang ditambah. Ini menjadi hantu petani," paparnya.
Soemitro juga menyarankan agar pendistribusian gula rafinasi bisa dilakukan langsung dari industri produksi gula rafinasi ke industri makanan dan minuman tanpa melalui distributor swasta.
"Pemasaran gula rafinasi lewat distributor cabut saja, suruh jual langsung ke pabrik," teriaknya.
http://ift.tt/1IXksrH
Quote: TEMPO.CO, Sragen - Wakil Presiden Jusuf Kalla menolak opsi menghentikan impor gula mentah untuk mendongkrak harga jual gula petani lokal. Dia menyatakan produksi gula Indonesia belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan nasional.
"Kalau impor gula dihentikan, nanti mau makan gula apa? Yang penting dikurangi, bukan dihentikan sama sekali," kata Kalla saat mengunjungi Pabrik Gula Mojo di Sragen, Jawa Tengah, Jumat, 5 Desember 2014. (Baca: Ke Sragen, Jusuf Kalla Naik Heli Cek Pabrik Gula)
Yusuf Kalla mengatakan fokus pabrik gula saat ini adalah meningkatkan rendemen dan produktivitas petani. Dia meminta rendemen pabrik gula minimal 10 persen. "Kalau seperti PG Mojo, tidak mungkin rendemen 10 persen. Harus pabrik gula baru," ucapnya. PG Mojo didirikan pada 1883.
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara IX Adi Prasongko mengatakan penghentian impor gula tidak bisa serta-merta dilakukan. Sebab, kenyataannya, produksi gula nasional tidak memenuhi kebutuhan nasional. "Yang penting, impor gula disesuaikan dengan kebutuhan," katanya. (Baca: Petani Minta Jokowi Stop Impor Gula dan Garam)
impor imporr .. mumpung dolar lagi turunn
Comments
Post a Comment